PASAR TERBUKA
Istilah pasar terbuka
pada umumnya digunakan untuk merujuk pada situasi ekonomi dekat dengan
perdagangan bebas. Dalam pengertian lain perdagangan bebas adalah kajian
mengenai bagaimana perilaku ekonomi pada saat hubungan perdagangan dan keuangan
antar negara-negara diperhitungkan.[1]
B. Pasar Terbuka dalam Teori Ekonomi
Dalam teori ekonomi,
ekonomi menilai keterbukaan dari pasar sesuai dengan jumlah peraturan
pasar-pasar pemerintah, ruang lingkup untuk kompetisi, dan tidak adanya atau
kehadiran adat budaya lokal yang mendapatkan jalan perdagangan. Dalam teori
ini, perdagangan bebas ialah suatu sistem ekonomi yang melakukan kegiatan
ekspor dan impor dengan negar-negara lain di dunia. Dalam perdagangan terbuka
sektor-sektor ekonominya dibedakan kepada empat golongan, yaitu: rumah tangga,
perusahaan, pemerintah dan luar negeri.
Sejak berabad-abad yang
lalu, ketika berbagai perekonomian masih belum begitu berkembang, perdagangan
ekspor dan impor telah mereka lakukan. Pada ketika ini kegiatan ekspor dan
impor merupakan bagian yang penting dalam kegiatan setiap perekonomian.
Secara fisik, ekspor
diartikan sebagai pengiriman dan penjualan barang-barang buatan dalam negeri ke
negara-negara lain. Pengiriman ini akan menimbulkan aliran pengeluaran yang
masuk kesektor perusahaan. Dengan demikian pengeluaran agregat akan meningkat
sebagai akibat dari kegiatan mengekspor barang dan jasa dan pada akhirnya
keadaan ini akan menyebabkan peningkatan dalam pendapatan nasional. Sedangkan
impor secara fisik, impor merupakan pembelian dan pemasukan barang dari luar
negeri kedalam suatu perekonomian. Aliran barang ini akan menimbulkan aliran
keluar atau bocoran dari aliran pengeluaran dari sektor rumah tangga atau
sektor perusahaan. Aliran keluar atau bocoran ini pada akhirnya akan menurunkan
pendapatan nasional yang akan dicapai. Dengan demikian, sejauh mana ekspor dan
impor mempengaruhi keseimbangan pendapatan nasional tergantung pada ekspor
neto, yaitu ekspor dikurangi impor.[2]
1. Fungsi ekspor adalah satu garis atau kurva yang
menunjukkan hubungan diantara ekspor dan pendapatan nasional. Fungsi ekspor
adalah horizontal (sejajar dengan paksi datar). Ciri ini disebabkan karena
ekspor adalah pengeluaran otonomi, yaitu tidak dipengaruhi oleh pendapatan
nasional.
2. Fungsi impor adalah satu garis atau kurva yang
menunjukkan hubungan diantara impor dan pendapatan nasional. Fungsi impor
bergerak kearah atas kanan karena sifat impor adalah: semakin tinggi pendapatan
nasional, makin besar impor.[3]
Satu cara untuk memahami
faktor pengali pengeluaran dalam perdagangan terbuka adalah dengan menkalkulasi
lingkaran pengeluaran yang dihasilkan oleh tiap tambahan dolar pengeluaran
pemerintah, investasi, atau ekspor.[4]
C. Pasar Terbuka dalam Perbankan
Di pebankan dan ekonomi
keuangan, pasar terbuka adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada
lingkungan dimana obligasi yang dibeli dan dijual antara bank sentral dan bank
yang diatur. Yang dimaksud dengan obligasi adalah surat berharga yang
menunjukkan bahwa penerbit obligasi meminjam sejumlah dana kepada masyarakat
dan memiliki kewajiban untuk membayar bunga secara berkala, dan kewajiban
melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli
obligasi tersebut.[5]
Keuntungan dari
pembelian obligasi yang pertama, obligasi memberikan pendapatan tetap berupa
kupon, yaitu hal ini merupakan ciri utama obligasi, dimana pemegang obligasi
akan mendapatkan pendapatan berupa bunga secara rutin selama waktu berlakunya
obligasi. Bunga yang ditawarkan obligasi umumnya lebih tinggi dari pada bunga
yang diberikan deposito. kupon yang diterima investor dapat berupa: kupon
dengan tingkat bunga tetap, kupon dengan tingkat bunga mengambang, dank upon
dengan tingkat bunga kombinasi. Yang kedua adalah keuntungan atas penjualan
obligasi, yaitu pemegang obligasi dapat memperjualbelikan obligasi yang
dimilikinya. Jika ia menjual lebih tinggi disbanding dengan harga belinya, maka
tentu saja pemegang obligasi tersebut mendapatkan selisih yang disebut dengan capital
gain.
Sedangkan kerugian dari
pembelian obligasi yang pertama, resiko perusahaan tidak mampu membayar kupon
obligasi atau tidak mampu mengembalikan pokok obligasi. Yaitu ketidakmampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban dikenal dengan istilah default. Jika
penerbit obligasi tidak mampu membayar bunga, maka biasanya pembayaran bunga
ditangguhkan atau diundur sesuai kesepakatan dengan para pemegang obligasi.
Yang kedua, resiko tingkat suku bunga yaitu pergerakan harga obligasi sangat
ditentukan pergerakan tingkat suku bunga. Pergerakan harga obligasi berbanding
terbalik dengan tingkat suku bunga.[6]
Untuk campur tangan
dalam siklus bisnis, bank sentral dapat memilih untuk pergi ke pasar terbuka
dan membeli atau menjual obligasi pemerintah, yang dikenal sebagai operasi
pasar terbuka untuk meningkatkan cadangan. Operasi pasar terbuka yang saat bank
sentral membeli obligasi dari bank lain dalam pertukaran untuk pemeriksaan.
Operasi pasar terbuka
merupakan instrumen kebijakan moneter yang paling penting, karena instrumen ini
merupakan penentu utama dari perubahan suku bunga dan uang primer, yang
merupakan sumber utama fluktuasi uang beredar. Pembelian pasar terbuka menambah
cadangan dan uang primer, akibatnya uang beredar meningkat dan menurunkan suku
bunga dalam jangka pendek. Penjualan pasar terbuka mengurangi cadangan dan uang
primer, yang menurunkan uang beredar dan menaikkan suku bunga jangka pendek.[7]
Seperti halnya Federal
Reserve, bank sentral Eropa menggunakan operasi pasar terbuka sebagai
instrumen utama dalam menjalankan kebijakan moneter dan menetapkan overnight
cash rate padatarget financing rate. Kategori pertama dari
operasi pasar pasar terbuka adalah operasi pendanaan kembali utama (main
refinancing operations) merupakan bentuk utama dari operasi pasar terbuka
dan mirip dengan transaksi repo the fed. Sedangkan kategori kedua
dari operasi pasar terbuka adalah operasi pendanaan kembali jangka waktu lebih
panjang (longer-term refinancing operations), yang mempunyai sumber
likuiditas yang lebih kecil untuk sistem perbankan diwilayah euro dan serupa
dengan wewenang penuh the fed membeli atau menjual surat utang, operasi ini
dilakukan setiap bulan dan umumnya melibatkan pembelian atau penjualan surat
utang dengan waktu jatuh tempo tiga bulan. Mereka tidak digunakan sebagai
sinyal keberadaan kebijakan moneter, tetapi lebih ditujukan untuk menyediakan
bank-bank wilayah euro dengan tambahan pendanaan untu jangka waktu yang lebih
panjang.[8]
Melaksanakan kebijakan
moneter yang benar adalah penting bagi kesehatan perekonomian. Kebijakan
moneter yang terlalu ekspansioner menyebabkan tingkat inflasi yang tinggi, yang
menurunkan efisiensi perekonomian yang menghambat pertumbuhan ekonomi. Kebijakan
moneter yang terlalu ketat dapat menyebabkan resesi yang serius dimana output
menurun dan pengangguran meningkat. Hal tersebut juga dapat menimbulkan
deflasi, yaitu penurunan tingkat harga, seperti yang terjai di Amerika serikat
selama depresi besar dan di Jepang akhir-akhir ini. Deflasi dapat membahayakan
perekonomian, karena deflasi dapat menimbulkan ketidakstabilan keuangan dan
dapat memicu krisis keuangan.[9]
Setelah memahami
instrument yang digunakan bank sentral seperti Federal Reserve untuk
melaksanakan kebijakan moneter, kita akan mempertimbangkan bagaimana bank
sentral harus melaksanakan kebijakan moneter yaitu dengan melakukan stabilitas
harga. Sementara stabilitas harga merupakan tujuan utama dari kebanyakan bank
sentral, lima tujuan lainnya secara terus menerus disebutkan oleh para pejabat
bank sentral ketika mereka membahas tujuan kebijakan moneter: penyediaan
lapangan kerja (employment) yang tinggi, pertumbuhan ekonomi, stabilitas
pasar keuangan, stabilitas suku bunga, dan stabilitas dipasar valuta asing.[10]
daftar pustaka
Comments
Post a Comment